Friday, October 25, 2019

NETWORKING IS HELPING

NETWORKING IS HELPING

Di kantor saya dulu ada seorang karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja di tempat kami. Sebut saja namanya Hilman, atau biasa kami panggil Abang, karena memang dia berasal dari Sumatera Utara.
Saya sangat mengagumi sosok beliau, karena kemampuannya yang sangat hebat dalam membina network. Abang mempunyai network yang sangat luas di semua lembaga pemerintahan, asosiasi, perusahaan lain sampai merambah ke kedutaan. Mungkin saya belum pernah mengenal orang lain yang mempunyai network seluas Abang.
Dan karena saya suka belajar, maka saya ajaklah Abang ngobrol ngobrol dan bertanya apa sih kuncinya dalam mengembangkan networknya.
Jawabannya sederhana dan akan membuat saya kagum.

"Mas Pam, networking is not only knowing people. Networking is about giving, networking is about helping  Giving to others. And helping others"
(Networking atau relationship itu tidak hanya tentang mengenal orang lain. Tetapi yang lebih penting, networking itu berarti memberi dan membantu. Memberikan sesuatu kepada orang lain. Membantu orang lain).

Banyak orang tidak mengerti tentang networking. Dipikirnya bahwa saat kita membutuhkan bantuan.
Tempatkan kita pada posisi mereka, apakah anda mau membantu orang yang hanya  sedikit anda tahu, tukar kartu nama, kemudian hanya menelpon pada saat dia perlu bantuan?
Why would you do that?
Nobody would do that, right?

Makanya "Abang" selalu memulai dengan mengenal orang, kemudian Abang akan  menjelaskan di mana dia bekerja dan bertanya barangkali ada yang dia bisa bantu kepada orang tersebut?
Kemudian Abang selalu berusaha mengontak orang tersebut sekedar untuk bilang "Hai, apa kabar?" dan bertanya lagi barangkali ada yang bisa dibantu.
That's the concept of networking that I learned from Abang.
It is about giving, giving and giving.
It is about helping, helping and helping, and hopefully he will never receive.

Jadi kata Abang, networking itu berarti membantu, membantu, dan membantu orang lain.
Networking itu berarti memberi, memberi dan memberi, dan semoga tidak pernah menerima.
Tetapi kalau suatu saat bener bener kepepet, ya terpaksa kita meminta bantuan, dan biasanya kita akan mendapatkan.

At least, our chance to get help will be much bigger that people who never helped in the past.

Stephen Covey dalam bukunya 7 habits for highly effective people menganalogikan hal ini dengan konsep menabung di rekening bank kan. Kita simpan uang kita sedikit sedikit di rekening bank, dan pada saat kita membutuhkan kita bisa mengambilnya, kan?
Lha kalau kita tidak pernah naruh uang di rekening kita? Kalau kita kepepet, apa yang mau kita ambil.

Wow! Simple concept tapi mengena , kan?
Dan begitu banyak di antara kita yang tidak mengerti hal sederhana ini.

Begitu banyak yang hobbynya datang ke sosial event, turnamen golf, Gala Dinner, pernikahan, bawa kartu nama setumpuk, tukar menukar kartu nama, and that's it.
Nanti kalau butuh baru nelpon untuk minta bantuan, atau jualan (lebih buruk lagi!).
What did you do to earn your right to ask for help?

Dan itulah yang menjadi salah satu culture shock saya pada saat pindah dari satu negara ke negara lain.
Waktu saya di luar negeri, dan keluarga saya mau pindahan ke negara lain, teman-teman saya di sana pada nelpon dan nanya,"Mau pindahan ya, apa yang bisa dibantu? Dibantu nge-pack, dibantu jagain anak-anak, atau dibawain makanan?"

They offered to GIVE, GIVE and GIVE.
They offered to HELP, HELP AND HELP.

Tetapi waktu kami mau pindah dari Indonesia ke negara lain (tahun 2010), banyak yang nelpon juga dan bertanya,"Mau pindah ke luar negeri lagi ya? Ada barang yang gak dibawa nggak (kulkas, mebel atau TV) yang bisa saya ambil"

(This was a true story).
They offer to receive, receive and receive.
I hope you see the difference.

Terus selain Giving and Helping, teknik teknik apa lagi yang kita bisa lakukan untuk membangun jaringan networking kita?

1. PREPARE YOUR SHORT INTRODUCTION (Who you are and what you can do to help)
Bersiap siaplah pergi ke medan networking anda. Mau itu pernikahan, turnamen golf, dinner

asosiasi industry atau seminar, siapkan your short introduction. The intro should be attractive, menarik dan membuat orang curious tentang anda, dan jangan lupa menyampaikan area apa yang anda bisa bantu.
In short, your intro should represent who you are and what you can do to help.
If your intro is good, mereka akan stay dan meneruskan pembicaraan dengan anda, instead of just move on to the next person.
Kalau perlu, hafal dan latihlah introduction anda.

2. GET OUT and MINGLE
Setelah anda siapkan introduction anda, it is time to get out and mingle.
Ada teman saya yang mengeluh karena tidak punya network yang luas. Tapi dia sendiri pemalu dan tidak pernah datang ke networking event. How?
So ... it is time to get out, be brave and introduce yourself.
Cari info sebanyak banyaknya tentang community yang anda targetkan, cari info tentang seminar, gala dinner, atau event event lain yang bisa anda hadiri and go ahead .... make your day.

3. SELECT YOUR TARGET
Lets face the reality, you will do the network with a certain purpose and objective.
In order to make sure that you achieve your objective, you need to be selective and target the right audience that you want to focus on.
Look at the community members, look at the participanys of the events, and if necessary learn about them (personally, their company or their organization) so that your conversation will be much more meaningful.

4. GET A SECOND DATE
Ingat, the public event hanyalah sebuah permulaan. Karena di situ anda belum punya kesempatan untuk membangun sebuah relationship yang cukup intensive agar dua belah pihak bisa saling "membantu".
For some of your targets, follow up with email or calls and ask them for a meeting, dinner, discussion or coffe session.

5. USE SOCIAL MEDIA
Jangan melupakan sosial media (Facebook, Linkedin, ...etc). They dont replace your physical networking. Tetapi anda bisa menggunakan mereka at yoir advantage untuk melengkapi networking anda.
Namun sosial media juga bisa menjadi bumerang, membawa pengaruh positif atau negatif untuk personality brand anda.
Hati hati dan benar benar jaga diri dan kontrol comment atau picture yang akan anda pasang.

6. NURTURE YOUR NETWORK

After the step 1-5, sekarang anda mestinya sudah punya daftar yang cukup panjang dari orang orang yang bisa anda masukkan ke dalam daftar intensive networking relationship anda.
Seperti sebuah tanaman bunga, networking juga haris disirami air. Make sure you maintain and nurture the relationship.
Ingat, kuncinya adalah pada "What you can do to help them", dan bukan sebaliknya.

Because ... remember ... NETWORKING IS ABOUT GIVING AND HELPING ....


Salam Hangat

Pambudi Sunarsihanto

Sunday, October 20, 2019

Berikut pidato lengkap Jokowi yang dibacakan di Sidang Paripurna Pelantikan Presiden 20 Okt 2019

Berikut pidato lengkap Jokowi yang dibacakan di Sidang Paripurna Pelantikan Presiden: 

Mimpi kita, cita-cita kita di tahun 2045 pada satu abad Indonesia merdeka mestinya, Insya Allah, Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan Rp 320 juta per kapita per tahun atau Rp 27 juta per kapita per bulan. Itulah target kita. Target kita bersama. 

Mimpi kita di tahun 2045, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai US$ 7 triliun. Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana. 

Kita sudah hitung, sudah kalkulasi, target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk kita capai. Namun, semua itu tidak datang otomatis, tidak datang dengan mudah. Harus disertai kerja keras, dan kita harus kerja cepat, harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif. 

Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, dan yang kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton. 

Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya. Cerita sedikit, tahun pertama saya di istana, saya mengundang pejabat dan masyarakat untuk halalbihalal, protokol meminta saya untuk berdiri di titik itu, saya ikut. 

Tahun kedua, halalbihalal lagi, protokol meminta saya berdiri di titik yang sama, di titik itu lagi. Langsung saya bilang ke Mensesneg, "Pak, ayo kita pindah lokasi. Kalau kita tidak pindah, akan jadi kebiasaan. Itu akan dianggap sebagai aturan dan bahkan nantinya akan dijadikan seperti undang-undang." Ini yang namanya monoton dan rutinitas. 

Sekali lagi, mendobrak rutinitas adalah satu hal. Meningkatkan produktivitas adalah hal lain yang menjadi prioritas. Jangan lagi kerja kita berorientasi proses, tapi harus berorientasi pada hasil-hasil yang nyata. Saya sering ingatkan ke para menteri, tugas kita bukan hanya membuat dan melaksanakan kebijakan, tetapi tugas kita adalah membuat masyarakat menikmati pelayanan, menikmati hasil pembangunan. 

Seringkali birokrasi melaporkan bahwa program sudah dijalankan, anggaran telah dibelanjakan, dan laporan akuntabilitas telah selesai. Kalau ditanya, jawabnya "Program sudah terlaksana Pak." Tetapi, setelah dicek di lapangan, setelah saya tanya ke rakyat, ternyata masyarakat belum menerima manfaat. Ternyata rakyat belum merasakan hasilnya. 

Sekali lagi, yang utama itu bukan prosesnya, yang utama itu hasilnya. Cara mengeceknya itu mudah. Lihat saja ketika kita mengirim pesan melalui SMS atau WA. Ada sent, artinya telah terkirim. Ada delivered, artinya telah diterima. Tugas kita itu menjamin delivered, bukan hanya menjamin sent. 

Saya tidak mau birokrasi pekerjaannya hanya sending-sending saja. Saya minta dan akan saya paksa bahwa tugas birokrasi adalah making delivered. Tugas birokrasi itu menjamin agar manfaat program dirasakan oleh masyarakat.  Para hadirin dan seluruh rakyat Indonesia yang saya banggakan, 

Potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini, kita sedang berada di puncak bonus demografi, di mana penduduk usia produktif kita jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif. Ini adalah tantangan besar dan sekaligus juga sebuah kesempatan besar. Ini menjadi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan kesempatan kerja. Tapi akan menjadi kesempatan besar jika kita mampu membangun SDM yang unggul. Dengan didukung oleh ekosistem politik yang kondusif dan dengan ekosistem ekonomi yang kondusif. 

Oleh karena itu, 5 tahun ke depan yang ingin kita kerjakan: 

Pertama, pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita, membangun SDM yang pekerja keras, yang dinamis. Membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengundang talenta-talenta global bekerja sama dengan kita. 

Itupun tidak bisa diraih dengan cara-cara lama, cara-cara baru harus dikembangkan. Kita perlu endowment fund yang besar untuk manajemen SDM kita. Kerja sama dengan industri juga penting dioptimalkan. Dan juga penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri. 

Kedua, pembangunan infrastruktur akan kita lanjutkan. Infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, yang mempermudah akses ke kawasan wisata, yang mendongkrak lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat. 

Ketiga, segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan 2 undang-undang besar. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Kedua, UU Pemberdayaan UMKM.

Masing-masing UU tersebut akan menjadi Omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU. Puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus. Puluhan UU yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi.  

Keempat, penyederhanaan birokrasi harus terus kita lakukan besar-besaran. Investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan. Prosedur yang panjang harus dipotong. Birokrasi yang panjang harus kita pangkas. 

ADVERTISEMENT

Eselonisasi harus disederhanakan. Eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV, apa tidak kebanyakan? Saya minta untuk disederhanakan menjadi 2 level saja, diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian, menghargai kompetensi. 

Saya juga minta kepada para menteri, para pejabat dan birokrat, agar serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan. Bagi yang tidak serius, saya tidak akan memberi ampun. Saya pastikan, pasti saya copot. 

Pada akhirnya, yang kelima adalah transformasi ekonomi. Kita harus bertransformasi dari ketergantungan pada sumber daya alam menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Para hadirin dan seluruh rakyat Indonesia yang saya muliakan, pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya, atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin, dan atas nama seluruh rakyat Indonesia, menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Muhammad Jusuf Kalla yang telah bahu-membahu menjalankan pemerintahan selama 5 tahun terakhir. 

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh lembaga-lembaga negara, kepada jajaran aparat pemerintah, TNI dan Polri, serta seluruh komponen bangsa yang turut mengawal pemerintahan selama 5 tahun ini sehingga dapat berjalan dengan baik. 

Mengakhiri pidato ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk bersama-sama berkomitmen: "Pura babbara' sompekku… Pura tangkisi' golikku…" 

"Layarku sudah terkembang… Kemudiku sudah terpasang…" 

Kita bersama Menuju Indonesia maju!!! 

Terima kasih

Map Security needs to DevSecOps tools in SDLC.

  Map Security needs to DevSecOps tools in SDLC. Implementing DevSecOps effectively into the SDLC involves adopting the right tools, adaptin...