Penggunaan Internet of Things (IoT) untuk pengembangan Smart City di Indonesia
Martin Kunardi adalah Founder Geeknesia, pelopor platform Internet of Things (IoT) di Indonesia. Artikel ini diterbitkan ulang dari blog Geeknesiadengan izin Martin.
Beberapa bulan terakhir ini, kita sering mendengar atau membaca tentang konsep Smart City yang sedang dicanangkan oleh beberapa kepala daerah di Indonesia, seperti Ridwan Kamil (Walikota Bandung) dan Basuki Tjahaja Purnama (Gubernur Jakarta). Topik ini begitu “hot” sehingga sering sekali diliput oleh wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik.
Mulai terlihat pula bahwa konsep Smart City ini akan mulai diikuti oleh kepala-kepala pemerintahan di daerah lainnya, seperti Banyuwangi, Banda Aceh, dan Balikpapan.
Sebelum kita memulai pembahasan Smart City, ada baiknya kita mendefinisikan terlebih dahulu arti dari Smart City yang akan kita bicarakan di artikel ini. Menurut Wikipedia, definisi dari Smart City adalah:
A smart city (also smarter city) uses digital technologies to enhance performance and well being, to reduce costs and resource consumption, and to engage more effectively and actively with its citizens. Key ‘smart’ sectors include transport, energy, healthcare, water and waste.
Secara kasar, definisi dari Smart City itu begitu luas mencakup berbagai macam keseluruhan teknologi digital yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan, mengurangi biaya dan sumber konsumsi, dan dapat meningkatkan interaksi aktif antara kota dan warganya secara efektif. Perlu saya garisbawahi bahwa cakupan teknologi digital yang dapat diterapkan untuk pengembangan Smart City sangat luas dan tidak dibatasi. Penerapan dan aplikasi dari teknologi tersebut juga sangat bervariasi dan dapat diterapkan di semua bidang selama tujuan akhirnya tersebut tercapai. Beberapa contoh penerapan konsep Smart City di Indonesia:
- E-government
- E-budgeting
- Jakarta Smart City
- Command Center di Bandung
- E-village di Banyuwangi
- Portal Pengadaan Nasional oleh INAPROC
- Layanan Paspor Online oleh Dirjen Imigrasi RI
- Situs LAPOR oleh UKP-PPP (salah satu Unit Kerja Presiden)
IoT untuk kembangkan Smart City
Lalu apakah Smart City ini ada kaitannya dengan IoT? Ya, 100 persen sangat berhubungan: IoT merupakan salah satu alat teknologi yang dapat digunakan untuk pengembangan aplikasi Smart City. Saya akan memberikan tiga contoh penggunaan teknologi IoT pada Smart City:
- Pada aplikasi Informasi Banjir Online, selain mengandalkan laporan warga, sensor-sensor banjir yang dapat mengukur ketinggian air secara real-time disebarkan ke seluruh wilayah kota sehingga informasi dapat diinformasikan ke Command Center secara cepat dan selanjutnya langsung tertangani oleh Dinas terkait.
- Sistem Notifikasi Gempa dan Tsunami. Beberapa kejadian bencana alam di Indonesia memakan korban jiwa begitu banyak. Jumlah korban jiwa dapat dikurangi secara signifikan apabila Early Warning System diterapkan secara benar dan tepat sasaran. Sensor-sensor yang ditempatkan di daerah rawan bencana alam dapat memberikan informasi secara langsung kepada warga sekitar lokasi rawan gempa, longsor, atau tsunami dalam hitungan detik.
- Sistem yang tak kalah menariknya adalah sistem Smart Parking. Pada sistem ini, sensor parkir ditaruh di tempat parkir umum. Pemakaian sistem Smart Parking ini dapat membantu pemerintah kota memantau dan mengendalikan pendapatan daerah dari parkir. Keuntungan yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat berupa pemeriksaan status dari parkir yang tersedia dan sistem booking atau bayar parkir online.
Sistem seperti ini sangat menarik dan akan sangat berguna apabila dapat diterapkan di seluruh daerah di Indonesia, tidak terbatas hanya perkotaan. Bagaimanapun, investasi untuk Smart City IoT lebih mahal daripada aplikasi software semata. Teknologi tersebut memerlukan CAPEX yang cukup besar berupa infrastruktur dan hardware. Oleh karena itu, “barrier to implement” atau halangan untuk menerapkan teknologi ini jauh lebih tinggi. Pemerintah Daerah tidak bisa hanya sendirian menerapkannya, melainkan harus bersama-sama dengan semua pihak termasuk pihak akademisi, swasta, dan komunitas guna membentuk suatu Smart City Ecosystem yang integrated and sustainable.
Apabila para inovator dan teknopreneur dalam negeri diberi kesempatan untuk berkreasi dan berpartisipasi di ekosistem ini, maka Industri Rekayasa Elektronika Indonesia yang selama ini tertidur dan industri kreatif berbasis IT lainnya akan mendapatkan kesempatan untuk lebih berkembang. Mimpi untuk mewujudkan Silicon Valley di Indonesia akan menjadi kenyataan, mengingat potensi pasar, serta jumlah perkotaan dan pedesaan di Indonesia yang begitu besar.
Apakah kita akan terus menjadi tamu di negeri sendiri? Keputusan ini ada di tangan kita semua.
(Diedit oleh Lina Noviandari)
No comments:
Post a Comment